Teruntuk Rado Arya Saputra
Hari-hariku sudah terbiasa bersamamu...
Canda Tawa...
Sedih Susah...
telah kita lalui bersama..
Aku seperti telah menemukan diriku dalam dirimu...
Menemukan hatiku dalam hatimu..
Menemukan tulang rusukku.. di tuang rusukmu...
Bila suatu hari kau pergi...
Butuh kesabaran untukku memendam rindu yang teramat dalam..
Mungkin satu hingga dua bulan...Tak bertemu...
Tak bisa ku bayangkan...
Sungguh...
benar-benar tak bisa kubayangkan...
jika kau tak di sisiku...
meskipun hanya sementara waktu..
jujur... aku tak sanggup...
Ingin selalu ada di sisimu, namun apa daya...
belum mendapatkan restu...
Tapi percayalah...
Hatiku untukmu...
di setiap doaku, ada namamu ku sebut...
Doaku, Semoga Allah memberikan yang terbaik untukmu..
Semoga Allah memberikan apa yang kau butuhkan dan kau impikan..
Allah selalu mencintaimu di mana pun dan kapanpun kau berada...
Allah Maha Melindungi...
Ingatlah ASMA'UL HUSNA...
Nama-nama baik Allah..
Sayang, salam untuk keluarga...
Salam rindu dariku...
Salam Sayang dariku...
Salam hormat dariku...
Canda Tawa...
Sedih Susah...
telah kita lalui bersama..
Aku seperti telah menemukan diriku dalam dirimu...
Menemukan hatiku dalam hatimu..
Menemukan tulang rusukku.. di tuang rusukmu...
Bila suatu hari kau pergi...
Butuh kesabaran untukku memendam rindu yang teramat dalam..
Mungkin satu hingga dua bulan...Tak bertemu...
Tak bisa ku bayangkan...
Sungguh...
benar-benar tak bisa kubayangkan...
jika kau tak di sisiku...
meskipun hanya sementara waktu..
jujur... aku tak sanggup...
Ingin selalu ada di sisimu, namun apa daya...
belum mendapatkan restu...
Tapi percayalah...
Hatiku untukmu...
di setiap doaku, ada namamu ku sebut...
Doaku, Semoga Allah memberikan yang terbaik untukmu..
Semoga Allah memberikan apa yang kau butuhkan dan kau impikan..
Allah selalu mencintaimu di mana pun dan kapanpun kau berada...
Allah Maha Melindungi...
Ingatlah ASMA'UL HUSNA...
Nama-nama baik Allah..
Sayang, salam untuk keluarga...
Salam rindu dariku...
Salam Sayang dariku...
Salam hormat dariku...
dari Mutiara Husna
Aku melipat kertas pink bergambar hati dengan rapi. Ku masukkan dalam amplop warna merah jambu. Kutulis nama Rado Arya Saputra di muka amplop tersebut.
"Nay, ..."panggil Lina membuyarkan aktivitasku. Lina masuk ke kamar.
"Eh.. ada apa Lin? ngagetin aja.."tanyaku.
"Nay, aku titip kue ini bentar yaa... mau pergi. Bentar aja kok." kata Lina sambil menunjukkan sekotak kue coklat.
"Sipp deh...Taruh meja aja, Lin." jawabku.
"Oke... thanks ya Nay.. gue pergi dulu.. daaaa..." pamit Lina tergesa-gesa.
drrrrr....ddddddddrrrrrrr....ddrrr.....ddddddrrrrrrr...... tiba-tiba HP ku bergetar.
"Hallo..assalamu'alaikum..." sapaku.
"wa'alaikumsalam... Nay,, ini Mas Rado...Naya di mana sekarang?" tanyanya.
"Oh.. Mas Rado,,, Naya di kos. Kenapa mas?" jawabku.
"Ini ada tiket pesawat murah, tolong Naya ke tempatnya Fina yaa...sekalian bawa uangnya, sekalian bayar. Mumpung ada yang murah."pinta Mas Rado.
"Ohh... iya mas.... Lha emangnya Fina mau pulang naik pesawat? Mas Rado sekarang di mana?" tanyaku penasaran.
"Kalian bertemu saja dulu, ngobrol... ngikut saja apa yang Fina katakan ya... ini pulsa mas sudah habis.. mas lagi keluar sama teman. Cepat ke tempatnya Fina ya, Nay.... Mas ma..." tut tut tut tut tut tut..... teleponnya mati.
ehh....ngomong apa sih mas.. haduh.. Nay gak ngerti.. teleponnya mati juga.. hmemmmm... gumamku.
Yups... kali ini aku merangkap sebagai manajernya Mas Rado. Aku yang mengatur keuangannya selama dia ada di sini, sebelum dia pulang ke kampung halaman untuk sementara waktu. Aku langsung bergegas ganti pakaian. Dompet dan HP masuk tas. Jilbab biru sudah siap di kepala. Jas hitam siap ku pakai. Pintu kos kukunci. Aku ke depan mengambil sepeda milik Helena. And then Im ready. Lets go to Fina's house.
"Finaa....Fin... Finaa..." Aku sudah sampai di depan pintu kamar Fina. Pintu kamar Fina masih tertutup. Aku duduk di depan. Lalu Fina membukakan pintu kamarnya.
"Oh.. iya mbak Naya...masuk sini mbak..."ajak Fina.
"Gimana Fin,, tentang tiket pesawatnya.. Mas Rado minta tolong mbak untuk mengurusnya." tanyaku ke Fina.
"Begini mbak.. Papahku di Jakarta sudah memesankan tiket pesawatnya. Harganya lebih murah kok... Jadi tinggal transfer uangnya saja. Kalau sekarang tidak bisa ya besok senin juga tidak apa-apa mbak..." jelasnya.
" ohh.. okelah... coba sekarang aku ke bank dulu ya.. mbok belum tutup. daa Fin." pamitku.
Aku langsung mengayuh sepeda dengan cepat. Jalanan kala itu sangat ramai. Kendaraan padat merayap. Hari apa ini? Jum'at? ohh.. iya jum'at... kenapa seramai ini? Aneh...
Kala itu aku berkendara di jalur kanan. Sebenarnya tak diperbolehkan, namun apa daya... ramai sekali.. Aku juga naik sepeda kok.. hahaha....Sampailah di bank BRI.
"Sedang offline, mbak." kata satpam bank.
"Hah? serius pak? haduh... Yadah.. pulang aja.." Aku kembali mengayuh sepeda hingga ke kos. Sesampai di kamar, aku langsung berbaring. Lelah sekali rasanya. Aku belum makan seharian. Malas. Padahal tadi pagi sudah beli sayur. Tinggal dimasak saja sih... tapi malasnya itu lhoh.. tidak ketulungan....wew...
Aku kembali membuka laptop dan melanjutkan untuk mengerjakan tugas. Dan tak sengaja aku melihat secarik amplop tergeletak disamping laptop. Aku mengambilnya. Aku memegangnya.
Mas Rado... apa kabarmu hari ini? Naya kangen.... Suara tak sanggup untuk menyembuhkan rinduku, mas... entah Naya sanggup atau tidak bila jauh dari mas Rado... gumamku sambil memandang amplop itu.
Sungguh gila memang. Jika berbicara tentang Mas Rado dan perasaanku ini. Mencintai kekasih orang? Menyayangi kekasih orang? dan orang itu adalah sahabatku sendiri? ahhh... sungguh gila. Kekasihnya pun adalah sahabatku juga. Ahhh... benar-benar gila. Terkadang aku mengeluh dengan kisah yang aku alami. Mengapa selalu mencintai kekasih orang. Mengapa selalu menjadi orang ketiga.. Mengapa... Aku ingin menjadi yang terakhir dan satu-satunya. Aku tak ingin menghancurkan sebuah hubungan mereka. Aku tak ingin. Aku terlalu egois untuk hal itu. Pernah kakakku berkata, "Kamu jangan hanya Move On saja, tetapi Move Up juga. Salahnya dari kamu adalah selalu menjatuhkan cintamu kepada laki-laki yang sudah memiliki kekasih."
Memang, setelah kupikir-pikir, memang benar terjadi. Aku tak sanggup untuk menahan rasa cinta itu. Aku tak sanggup. Sempat ingin menyerah, namun bagaimana caranya? Sempat ingin mengalah dengan kekasihnya, namun apa daya? Aku tak bisa jauh dari pelupuk matanya. Aku tak diperkenankannya untuk pergi dari hidupnya. Aku pun tak ingin pergi. Tak Ingin. Aku sudah terlanjur............. menempatkan hatinya dalam hatiku. Mendetakkan jantungku untuknya. Itulah.... akankah ku sanggup? Jujur, aku tak sanggup.
"Eh.. ada apa Lin? ngagetin aja.."tanyaku.
"Nay, aku titip kue ini bentar yaa... mau pergi. Bentar aja kok." kata Lina sambil menunjukkan sekotak kue coklat.
"Sipp deh...Taruh meja aja, Lin." jawabku.
"Oke... thanks ya Nay.. gue pergi dulu.. daaaa..." pamit Lina tergesa-gesa.
drrrrr....ddddddddrrrrrrr....ddrrr.....ddddddrrrrrrr...... tiba-tiba HP ku bergetar.
"Hallo..assalamu'alaikum..." sapaku.
"wa'alaikumsalam... Nay,, ini Mas Rado...Naya di mana sekarang?" tanyanya.
"Oh.. Mas Rado,,, Naya di kos. Kenapa mas?" jawabku.
"Ini ada tiket pesawat murah, tolong Naya ke tempatnya Fina yaa...sekalian bawa uangnya, sekalian bayar. Mumpung ada yang murah."pinta Mas Rado.
"Ohh... iya mas.... Lha emangnya Fina mau pulang naik pesawat? Mas Rado sekarang di mana?" tanyaku penasaran.
"Kalian bertemu saja dulu, ngobrol... ngikut saja apa yang Fina katakan ya... ini pulsa mas sudah habis.. mas lagi keluar sama teman. Cepat ke tempatnya Fina ya, Nay.... Mas ma..." tut tut tut tut tut tut..... teleponnya mati.
ehh....ngomong apa sih mas.. haduh.. Nay gak ngerti.. teleponnya mati juga.. hmemmmm... gumamku.
Yups... kali ini aku merangkap sebagai manajernya Mas Rado. Aku yang mengatur keuangannya selama dia ada di sini, sebelum dia pulang ke kampung halaman untuk sementara waktu. Aku langsung bergegas ganti pakaian. Dompet dan HP masuk tas. Jilbab biru sudah siap di kepala. Jas hitam siap ku pakai. Pintu kos kukunci. Aku ke depan mengambil sepeda milik Helena. And then Im ready. Lets go to Fina's house.
"Finaa....Fin... Finaa..." Aku sudah sampai di depan pintu kamar Fina. Pintu kamar Fina masih tertutup. Aku duduk di depan. Lalu Fina membukakan pintu kamarnya.
"Oh.. iya mbak Naya...masuk sini mbak..."ajak Fina.
"Gimana Fin,, tentang tiket pesawatnya.. Mas Rado minta tolong mbak untuk mengurusnya." tanyaku ke Fina.
"Begini mbak.. Papahku di Jakarta sudah memesankan tiket pesawatnya. Harganya lebih murah kok... Jadi tinggal transfer uangnya saja. Kalau sekarang tidak bisa ya besok senin juga tidak apa-apa mbak..." jelasnya.
" ohh.. okelah... coba sekarang aku ke bank dulu ya.. mbok belum tutup. daa Fin." pamitku.
Aku langsung mengayuh sepeda dengan cepat. Jalanan kala itu sangat ramai. Kendaraan padat merayap. Hari apa ini? Jum'at? ohh.. iya jum'at... kenapa seramai ini? Aneh...
Kala itu aku berkendara di jalur kanan. Sebenarnya tak diperbolehkan, namun apa daya... ramai sekali.. Aku juga naik sepeda kok.. hahaha....Sampailah di bank BRI.
"Sedang offline, mbak." kata satpam bank.
"Hah? serius pak? haduh... Yadah.. pulang aja.." Aku kembali mengayuh sepeda hingga ke kos. Sesampai di kamar, aku langsung berbaring. Lelah sekali rasanya. Aku belum makan seharian. Malas. Padahal tadi pagi sudah beli sayur. Tinggal dimasak saja sih... tapi malasnya itu lhoh.. tidak ketulungan....wew...
Aku kembali membuka laptop dan melanjutkan untuk mengerjakan tugas. Dan tak sengaja aku melihat secarik amplop tergeletak disamping laptop. Aku mengambilnya. Aku memegangnya.
Mas Rado... apa kabarmu hari ini? Naya kangen.... Suara tak sanggup untuk menyembuhkan rinduku, mas... entah Naya sanggup atau tidak bila jauh dari mas Rado... gumamku sambil memandang amplop itu.
Sungguh gila memang. Jika berbicara tentang Mas Rado dan perasaanku ini. Mencintai kekasih orang? Menyayangi kekasih orang? dan orang itu adalah sahabatku sendiri? ahhh... sungguh gila. Kekasihnya pun adalah sahabatku juga. Ahhh... benar-benar gila. Terkadang aku mengeluh dengan kisah yang aku alami. Mengapa selalu mencintai kekasih orang. Mengapa selalu menjadi orang ketiga.. Mengapa... Aku ingin menjadi yang terakhir dan satu-satunya. Aku tak ingin menghancurkan sebuah hubungan mereka. Aku tak ingin. Aku terlalu egois untuk hal itu. Pernah kakakku berkata, "Kamu jangan hanya Move On saja, tetapi Move Up juga. Salahnya dari kamu adalah selalu menjatuhkan cintamu kepada laki-laki yang sudah memiliki kekasih."
Memang, setelah kupikir-pikir, memang benar terjadi. Aku tak sanggup untuk menahan rasa cinta itu. Aku tak sanggup. Sempat ingin menyerah, namun bagaimana caranya? Sempat ingin mengalah dengan kekasihnya, namun apa daya? Aku tak bisa jauh dari pelupuk matanya. Aku tak diperkenankannya untuk pergi dari hidupnya. Aku pun tak ingin pergi. Tak Ingin. Aku sudah terlanjur............. menempatkan hatinya dalam hatiku. Mendetakkan jantungku untuknya. Itulah.... akankah ku sanggup? Jujur, aku tak sanggup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar