"Pagi ini kita mau makan apa, Bam?"tanya Radit sambil memegang perutnya yang keroncongan.
"Terserah kamu aja deh, Dit. Gue udah laper banget nih. Makan di seberang jalan situ aja. Kalau ada warung buka, langsung aja berhenti di sana. Ya,,, " ajak Bambang sambil nyetir motor dan celingak celinguk lirik kanan kiri jalan.
"Nah... apa di sana aja, Bam? itu lho.. Warung makan Pak Wangun. Kita ke sana aja.. udah laper banget.." ajak Radit sambil nabok-nabok pundak Bambang.
Bambang membelokkan motornya ke seberang kanan jalan. Dia memarkirkan motor, melepas helm, dan mengunci helmnya memakai kunci stang. Radit turun dari boncengan motor. Dia melepas helm lalu langsung masuk ke warung makan Pak Wangun tersebut dan meninggalkan Bambang.
"eh... Radit! Tega banget sih kamu!! Ninggalin gue kayak gitu.. ahh.. dasar tukang makan. Gak bisa nahan laper dikit apa.." keluh Bambang yang kemudian nyusul masuk dan memukul atas kepalanya Radit.
"Ouchh... sakit tau, Bam. Biarin wekkk.. udah laper banget nih." jawab Radit.
"Mbak... menunya ada apa aja?"tanya Radit pada penjual makanna itu.
"Itu ada nasi rames, lotek, sama gado-gado, mas. Minumnya ada es jeruk, es teh, kopi, dan susu. Monggo mau pesan yang mana." kata salah satu penjual warung.
"Lotek? apa itu lotek bu? ehmm... yasudah... lotek itu aja. Kamu pesen apa, Bam?" kata Radit lalu menawarkan ke Bambang.
"Iya deh... aku idem aja.. minumnya teh anget ya...."jawab Bambang.
Radit dan Bambang lalu mencari tempat duduk yang nyaman. Kebetulan tempat duduknya adalah lesehan. Inilah yang Radit sukai. Lesehan. Jadi dia bisa leluasa untuk duduk. Mau jigang kek, mau jongkok kek, terserah Radit. Bambang yang berbadan kekar dan tegap, berkulit sawo matang, dan berambut mohax, geleng-geleng kepala melihat tingkah Radit yang seperti anak kecil. Memang, Bambang dan Radit adalah sahabat sejak kecil. Kini mereka sudah berusia 21 tahun. Bambang sedang melanjutkan pendidikan di sebuah universitas negeri di Bandung. Sedangkan Radit adalah seorang penjaga warnet di sebuah warnet depan SMA nya dulu.
Kala itu mereka sedang asyik berlibur di Yogyakarta. Bambang, yang kebetulan sedang libur kuliah, mengajak Radit untuk bermain ke Yogyakarta, ke tempat neneknya. Bambang adalah laki-laki yang tampan dan kaya raya. Berbeda dengan Bambang, Radit memiliki wajah pas pasan. Dia belum memiliki pengalaman untuk pacaran. Sedangkan Bambang, dia sudah akan bertunangan dengan seorang mahasiswa kedokteran UGM. Niatnya ke Yogyakarta juga akan menemui tunangannya itu.
"Bam, Nesya di mana sekarang?" tanya Radit sembari menunggu pesenan loteknya datang.
"Dia lagi ada acara di rumah. Kakaknya menikah. Kenapa , Dit?"kata Bambang.
"Ohh... Ya pengen tahu aja. Aku penasaran sama wajah tunanganmu, Bam. Ahh.. kapan aku nyusul kamu ya..Pacar aja sekarang tidak punya. Boro-boro pacar, temen cewek aja aku gak punya. Ayolah kenalin aku sama temen-temen cewekmu." keluh Radit.
Tiba-tiba datang seorang perempuan cantik, seksi, berpakaian batik panjang dan putih. Rambutnya lurus terurai panjang. Perempuan itu sedang membawakan nampan berisi lotek pesanan dari Radit dan Bambang. Perempuan itu menghampiri mereka.
"Ini mas, silahkan dinikmati."kata perempuan tadi dengan nada yang lembut dan sopan.
Radit hanya terdiam melihat perempuan itu. Dia terpesona memandang wajah ayunya. Tatapan Radit sangat tajam ke perempuan tadi. Tiba-tiba ada getaran di dada Radit. deg deg deg...
--to be continued-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar