Sapri adalah seekor sapi jantan yang memiliki corak kulit berwarna hitam dan putih. Dia memiliki saudara sepupu bernama Marni. Sapri hidup sebatang kara. Dia membuat mie ayam untuk dijual sebagai kebutuhan sehari-harinya. Dia merupakan penjual yang sangat bermata duitan. Mie ayam semangkuk bisa dia jual seharga Rp10.000,00. Namun setelah bertemu Kamto, dia berubah.
"Hey, penjual mie ayam!! Beli mie nya donk semangkuk." kata Kamto, si Kambing berbadan putih.
"Hey, penjual mie ayam!! Beli mie nya donk semangkuk." kata Kamto, si Kambing berbadan putih.
"ooh... oke, To! Ditunggu ya... Minumnya mau apa? Adanya susu dari perahan Nyonya Marni, si sapi perah. Mau?" tanya Sapri.
"okelah, Pri. Lumayanlah, buat vitamin pagi-pagi. Hahha.. cepat ya.. sudah lapar sekali. Soalnya nanti sore aku mau disembelih. So.. harus makan yang banyak dulu dan minum yang sehat dan bergizi terlebih dahulu biar laku di pasar. haha..."celoteh Kamto.
Sapri langsung membuatkan apa yang dipesankan oleh Kamto. Beberapa menit kemudian pesanan sudah jadi. Sapri mengantarkan makanannya ke Kamto. Kamto sangat girang sekali makanannya sudah tersajikan. Langsung saja Kamto makan dengan lahap dan meminum susu seperti sedang sangat kelaparan. Setelah selesai makan, Kamto langsung pulang. Sebelumnya...
"Pri, mie ayam kamu enak banget, beneran,,. sumpah deh...! Lain kali aku ke sini lagi ya...!" katanya sebelum dia pulang.
"haha.. terima kasih, To. Iya.. silahkan kembali ke sini lagi. Jika kamu masih hidup. Bukankah kamu nanti akan disembelih lalu dijual di pasar... hahahaha...."canda Sapri.
"Ahh.. kamu tuh...hehe.. oh iya ya.... yaaa.. lain kali saja kalau anakku sudah dewasa, nanti aku suruh makan di sini deh...betapa beruntungnya jika para kambing makan di tempatmu sebelum ajal menjemput mereka. Sungguh kamu sangat membantu mereka, Pri. Kamu sangat berbudi baik." katanya.
"ahh.. kamu bisa saja, To. Yasudah, kamu tidak perlu bayar. Mungkin mulai sekarang aku akan menggratiskan mereka yang akan makan di sini sebelum mereka disembelih. Yah..hitung-hitung beramal gitu. Menurutmu bagaimana?"tanya Sapri pada Kamto.
"Nah.. itu dia, Pri. Lebih bagus itu. Ide yang bagus. Kamu beramal dan memberikan sebuah pertolongan kepada mereka yang akan disembelih. Tapi ya kamu jangan mudah ketipu. Semoga kamu mendapatkan imbalan yang setimpal, kawan. eh.. ngomong-ngomong kok kamu kan sapi, kenapa kamu jual mie ayam? kenapa gak jual mie sapi? hee..."kata Kamto.
"aamiinn....To. ehm..kenapa aku jual mie ayam ya biar aku tidak seperti menjual diri sendiri. Kalau aku menjual mie sapi, nanti aku akan merugikan komunitas sapiku. Sebagai salah satu ekor sapi ya jangan sampai mengecewakan kelompoknya lah yaa... maka dari itu aku jual mie ayam."jelasnya.
"ahahaha... ngerti aku. Yasudah.. sekali lagi makasih ya, Pri. Aku pulang dulu. Mbok dicari'in ma majikanku. haha.. Selamat tinggal, Sapri."pamit Kamto.
"Iya, To. Semoga dagingmu diberkahi. aamiin... selamat tinggal. Yang tabah yaa.."jawab Sapri sembari melihat Kamto pergi meninggalkannya.
Sapri, si penjual mie ayam sadar. Dengan berbuat baik seperti itu, meskipun dia tidak untung, dia akan mendapatkan imbalan dan pahala dari Tuhannya. Maka dari itu mulai sekarang Sapri menggratiskan hewan-hewan yang akan disembelih untuk makan mie ayam buatannya. Meskipun rugi bahkan tidak mendapatkan hasil apa-apa. Tuhan yang akan membalasnya. Sapi yang bijaksana.
-end-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar