Hari ini adalah hari yang begitu spesial bagi kami. Akhir Februari ini memang sangat spesial. Mulai dari
bangun tidur hingga tidur kembali. Apa yang terjadi? Banyak sekali. Aku mulai
diajak untuk terbuka. Aku mulai diajak untuk berbagi cerita dan berbagi ilmu. Aku memang orang yang suka tertutup jika
punya masalah, tak bisa komitmen, egois, dan lain sebagainya. Namun seiring kedewasaanku, jiwa ingin tahuku
mulai tumbuh seiring berjalannya waktu. Aku mulai perhatian dengan orang lain.
Baiklah.. sekarang aku akan menceritakan mengenai organisasiku.
Organisasi di
kampus III yaitu HIMA. Hari ini adalah rapat khusus untuk angkatan 2011. Kami
rapat membahas Up Grading, Open House, dan sharing-sharing. Nah.. pada sesi sharing
inilah semuanya hampir bicara. Intinya kami menginginkan pembaharuan yang
benar-benar baru, yaitu terbuka satu sama lain. Jargon ketua HIMA yang baru ini
adalah …. Hehe.. lupa… intinya Ketua mengajak kami untuk menjadi keluarga HIMA
yang solid dan memiliki kualitas baik. Nah aku mulai merasakan bahwa ini juga
kesalahanku. Aku belum terlalu solid dalam hal organisasi di HIMA. Bisa juga karena kabidku
terdahulu atau karena faktor sifatku sendiri yang membuatku malas.
Baik.. sekarang berganti ke keluarga keduaku yaitu kos. hahaha… kebetulan hari ini adalah hari ulang tahun
kakak kos ku yang bernama mbak Milla. Dia ultah yang ke 21 tahun. Haha... sudah tua ternyata.
Tapi masih seumuran denganku. Kala itu aku dan teman-teman kos membuat sebuah kejutan untuk Mbak Milla. Ketika mbak Milla, Siti dan aku sedang melakukan sholat magrib, teman-teman lainnya seperti Mbak Novi, Novi, Dian, Avi, Sofa, dan Enggar, masuk ke dalam kamar mbak Milla dan mematikan semua lampu di kos. Alhasil, kos gelap. Aku selesai sholat. Namun mbak Milla dan Siti masih khusuk berdoa. Aku bergabung dengan teman-teman lainnya.
Mbak Milla sudah selesai sholat. Ditemani dengan Siti, mbak Milla berjalan memasuki kamarnya. Ketika akan dibuka dan ......
Happy birthday, Milla... Happy birthday Milla.... happy birthday.. happy birthday...happy birthday..Milla.... kami bernyanyi untuknya.
Mbak Milla sontak kaget dan menangis terharu. Tak bisa terbayangkan bahwa teman-teman akan melakukan kejutan seperti itu. Lalu mbak Milla meniup lilinya. Lilin ke 21.
Setelah memberikan kejutan kepada mbak Milla, kami duduk bersama di ruang TV. Nah pada sesi inilah kami buka-bukaan. Berawal dari ucapan terima kasih dari Mbak Milla atas surprise nya dan berlanjut ke sebuah penyelesaian masalah. Satu persatu di antara kita mengutarakan apa yang selama ini dirasakan. Baik yang suka, jengkel, maupun duka. Antara kesalah pahaman
hingga ketidaksukaan terhadap watak masing-masing dari kami.
Tibalah giliranku. Aku mengucapkan selamat terlebih dahulu untuk mbak Milla. Lalu aku berlanjut mengutarakan semuaaa uneg-uneg dari hatiku. Hingga aku meneteskan air mata, Tidak. Bukan. Tetapi menangis tersedu-sedu. Ini tentang Enggar dan Sofwa, sahabatku semenjak kami mencari kos. Ada yang berbeda di antara kami. Mungkin lebih tepatnya, mereka.
Mereka, dahulu selalu bersama. Ke mana-mana selalu bersama. Membeli makan, ke tempat fotocopyan, ke warnet, selalu bersama. Mereka seperti dua sejoli yang tak bisa dipisahkan. Namun semenjak kami semester dua. Ada yang berbeda di antara mereka. Tidak tahu apa penyebabnya, mereka semakin menjauh satu sama lain. Bahkan untuk tak berkomunikasi saja bisa bertahan sebulan lebih. Aku hitung sudah mencapai setahun tak berkomunikasi. Sungguh luar biasa. Padahal satu kos. Enggar sangat tak nyaman dengan keadaan yang mereka alami. Ingin seperti yang dulu. Seperti awal kenal. Canda tawa bersama. Dan sekarang, tak lagi. Senyum mereka tak lagi keluar. Tak lagi terdengar.Keceriaan persahabatan tak lagi ada.
Aku mengungkapkan apa saja yang telah aku rasakan mengenai mereka berdua. Air mata mengalir. Tak tertahankan. Isak tangis teman-teman pun juga terdengar. Terharu dengan ceritaku. Namun ada satu orang yang tak ada reaksi. Avi. Dia memang anaknya polos. Lemot. Nyambungnya lama.... hahaha... setidaknya ada hal yang dapat membuat suasana jadi cair, tidak setegang ketika kami menangis.
Mbak Milla dan Mbak Novi akhirnya menjadi moderator di antara aku, Enggar, dan Sofwa. Mereka saling mengungkapkan keluh kesah mereka. Dan akhirnya ditemukanlah titik dari permasalahan mereka. Yaa.... karakter. Mereka belum kenal sifat satu sama lain. Mereka masih mengandalkan keegoisan masing-masing. Mereka masih pilih kasih. Ya... begitulah.
Namun
Alhamdulillah akhirnya bisa terselesaikan dengan senyum bahagia… dengan saling mengungkapkan kelemahan dan uneg-uneg seperti itu maka akan memberikan pencerahan untuk kami, untuk mereka. Kami akhirnya saling berpelukan. Isak tangis kesediahn itu berubah menjadi isak tangis bahagia.
Satu hal yang aku dapatkan dari kisah ini. Komunikasi itu penting. Dalam kehidupan kita, tak pernah sedetik pun tak ada komunikasi. Pasti ada. Komunikasi itulah yang menjadi penghubung antara manusia satu dengan yang lainnya. Komunikasi itulah yang membuat kita mengerti satu sama lain. Membuat yang semula salah faham menjadi paham. Membuat hubungan kita menjadi erat. Komunikasi itu... seperti kulit kita. Selalu nempel di badan kita. Jika kita tak memiliki kulit, kita akan terkena penyakit. Begitulah komunikasi. Jika kita tak berkomunikasi untuk menyelesaikan suatu hal, maka kita selamanya akan salah faham. Ada banyak cara untuk berkomunikasi. Tidak harus melalui ucapan. Namun dengan media lainnya yang mendukung juga bisa. Mereka yang berkebutuhan khusus pun juga masih bisa berkomunikasi. Tergantung bagaimana kita memperlakukan dan memanfaatkan komunikasi yang ada. Komunikasi itu penting, kawan. Keep smilling..!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar