“buuu….”panggil dita ketika ibunya
menjemput.
“Iya sayang….”jawab ibunya.
“Dita sangat senang sekali bisa main
sama teman-teman. Besok ke sini lagi yaaa.”pintanya.
“Iya.. asalkan Dita baik dengan
teman-teman dan mandiri, besok ibu antarkan ke sini lagi.”jelas ibunya.
“Horee…….!!”
“Bu, Paman Taufan mana? Kok tidak
menjemput Dita sih?” tanyanya penasaran.
“Paman sedang sibuk, sayang. Dia
sedang ke luar kota. Dita kangen sama paman Taufan ya?”tanya ibunya.
“Iya, bu. Paman Taufan itu baik
sekali. Paman selalu menemani Dita sejak kecil. Dita sayang sama paman.”jelasnya.
“Syukurlah Dita sayang sama paman
Taufan. Paman Taufan memang paman Dita yang paling baik. Ayo kita sekarang
pulang ya…”ajak ibu Dita.
“Iya, bu.”jawabnya.
Dita dan ibunya pulang dengan
menggunakan motor. Dita duduk di belakang ibunya. Perjalanan pulang ditempuh
selama 40 menit karena waktu itu jalanan sangat ramai. Padat dengan orang-orang
kantoran yang baru pulang. Ibu Dita sangat berhati-hati ketika mengendarai
motor. Ada rasa was was ketika mengendarai. Ibu Dita tidak tahu mengapa selalu
merasakan was was.
“Bu, Ayah Dita di mana? Kok Ayah
tidak pernah menemui Dita?”tanya Dita
tiba-tiba ketika sedang berhenti di lampu merah. Ibu Dita terkejut. Ia terdiam.
“Bu… mengapa tidak menjawab?”tanya
Dita kembali. Ibunya masih terdiam. Lampu merah berganti dengan hijau. Ibunya
memutar gas.
“Bu… ibu…., Ayah di mana? Dita
kangen, bu.” Dita masih penasaran. Dita kemudian mengoyak pinggang Ibunya.
Ibunya kehilangan konsentrasi. Dan….
Gubrak…..grusukk….ces….prang…. Motornya menabrak gerobak bakso yang sedang
menyebrang jalan. Dita terpental hingga pinggir jalan raya. Ibunya terjepit dan
tertindih motor. Gerobaknya ambruk. Pedagangnya tidak terkena apa-apa. Hanya berdiri
terdiam dan kaget melihat gerobaknya ambruk. Dita dan Ibunya tak sadarkan diri.
***
“Mirza…kau sudah sadar?”tanya
Taufan.
Mirza masih keriyipan. Ia mencoba
menggerakkan jari-jari tanggannya.
“Mirza… ini aku, Taufan.”kata Taufan
kembali sambil memegang jari tangan Mirza.
“Eh…. Aku di mana sekarang?”tanya
Mirza lirih.
“Kamu di rumah sakit, Za. Kamu tidak
sadarkan diri selama satu minggu.”jawab Taufan.
“Eh… benarkah? Kenapa denganku?”tanyanya
kembali.
“Kamu kecelakaan. Sudahlah…
sebaiknya kamu istirahat saja. Kamu baru saja sadarkan diri. Saya panggilkan
dokter sebentar ya.”jelas Taufan.
“Ibu….”
Tiba-tiba ada suara anak kecil
memanggil Mirza dari balik tirai pemisah tempat tidur untuk pasien. Mirza
kaget. Ia menoleh di sebelah kiri.
“Ibu….”
Suara itu terdengar kembali. Mirza
semakin penasaran. Ia kemudian mencoba untuk membuka tirai pemisah itu. Dengan
tangan kirinya yang masih disemat jarum rumah sakit, Mirza berusaha untuk
menggeser tirai.
“Bu…. Ini Dita.”kata gadis kecil
tadi.
“Dita….? Dita siapa?”tanya Mirza.
“Ini Dita, bu…Dita….”kata gadis itu
sambil menangis sesenggukan dan berbaring di kasur sebelah.
Taufan datang bersama dengan dokter
dan perawat rumah sakit. Mirza menengok ke sebelah datangnya Taufan. Dita pun
melihat datangnya Taufan dan dokter beserta perawat.
“Paman Taufan!!”panggil Dita dengan
suara isak lirih.
“Dita…Kamu sudah bangun?”tanya
Taufan.
“Ibu kenapa tidak mengenal Dita? Ada
apa, paman?”tanya Dita.
“Ehm… Ibu sedang sakit, sayang… Dita
istirahat saja ya… Biar paman yang merawat Ibu Dita.”jelasnya.
“Paman,,, tolong rawat Ibu…. Om
Dokter, tolong sembuhkan Ibu, om…”pinta Dita pada Taufan dan dokter.
“Iya, Dita sayang. Om Dokter akan
menyembuhkan Ibu Dita. Sekarang Dita istirahat ya..”ucap Dokter. Kemudian
dokter tersebut menyuruh perawat untuk menidurkan Dita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar