Rabu, 26 Juni 2013

Cahaya Terakhir (ep.3)


“buuu….”panggil dita ketika ibunya menjemput.

“Iya sayang….”jawab ibunya.

“Dita sangat senang sekali bisa main sama teman-teman. Besok ke sini lagi yaaa.”pintanya.

“Iya.. asalkan Dita baik dengan teman-teman dan mandiri, besok ibu antarkan ke sini lagi.”jelas ibunya.

“Horee…….!!”

“Bu, Paman Taufan mana? Kok tidak menjemput Dita sih?” tanyanya penasaran.

“Paman sedang sibuk, sayang. Dia sedang ke luar kota. Dita kangen sama paman Taufan ya?”tanya ibunya.

“Iya, bu. Paman Taufan itu baik sekali. Paman selalu menemani Dita sejak kecil. Dita sayang sama paman.”jelasnya.

“Syukurlah Dita sayang sama paman Taufan. Paman Taufan memang paman Dita yang paling baik. Ayo kita sekarang pulang ya…”ajak ibu Dita.

“Iya, bu.”jawabnya.

Dita dan ibunya pulang dengan menggunakan motor. Dita duduk di belakang ibunya. Perjalanan pulang ditempuh selama 40 menit karena waktu itu jalanan sangat ramai. Padat dengan orang-orang kantoran yang baru pulang. Ibu Dita sangat berhati-hati ketika mengendarai motor. Ada rasa was was ketika mengendarai. Ibu Dita tidak tahu mengapa selalu merasakan was was.

“Bu, Ayah Dita di mana? Kok Ayah tidak pernah  menemui Dita?”tanya Dita tiba-tiba ketika sedang berhenti di lampu merah. Ibu Dita terkejut. Ia terdiam.

“Bu… mengapa tidak menjawab?”tanya Dita kembali. Ibunya masih terdiam. Lampu merah berganti dengan hijau. Ibunya memutar gas.

“Bu… ibu…., Ayah di mana? Dita kangen, bu.” Dita masih penasaran. Dita kemudian mengoyak pinggang Ibunya. Ibunya kehilangan konsentrasi. Dan….

Gubrak…..grusukk….ces….prang…. Motornya menabrak gerobak bakso yang sedang menyebrang jalan. Dita terpental hingga pinggir jalan raya. Ibunya terjepit dan tertindih motor. Gerobaknya ambruk. Pedagangnya tidak terkena apa-apa. Hanya berdiri terdiam dan kaget melihat gerobaknya ambruk. Dita dan Ibunya tak sadarkan diri.

***

“Mirza…kau sudah sadar?”tanya Taufan.

Mirza masih keriyipan. Ia mencoba menggerakkan jari-jari tanggannya.

“Mirza… ini aku, Taufan.”kata Taufan kembali sambil memegang jari tangan Mirza.

“Eh…. Aku di mana sekarang?”tanya Mirza lirih.

“Kamu di rumah sakit, Za. Kamu tidak sadarkan diri selama satu minggu.”jawab Taufan.

“Eh… benarkah? Kenapa denganku?”tanyanya kembali.

“Kamu kecelakaan. Sudahlah… sebaiknya kamu istirahat saja. Kamu baru saja sadarkan diri. Saya panggilkan dokter sebentar ya.”jelas Taufan.

“Ibu….”

Tiba-tiba ada suara anak kecil memanggil Mirza dari balik tirai pemisah tempat tidur untuk pasien. Mirza kaget. Ia menoleh di sebelah kiri.

“Ibu….”

Suara itu terdengar kembali. Mirza semakin penasaran. Ia kemudian mencoba untuk membuka tirai pemisah itu. Dengan tangan kirinya yang masih disemat jarum rumah sakit, Mirza berusaha untuk menggeser tirai.

“Bu…. Ini Dita.”kata gadis kecil tadi.

“Dita….? Dita siapa?”tanya Mirza.

“Ini Dita, bu…Dita….”kata gadis itu sambil menangis sesenggukan dan berbaring di kasur sebelah.

Taufan datang bersama dengan dokter dan perawat rumah sakit. Mirza menengok ke sebelah datangnya Taufan. Dita pun melihat datangnya Taufan dan dokter beserta perawat.

“Paman Taufan!!”panggil Dita dengan suara isak lirih.

“Dita…Kamu sudah bangun?”tanya Taufan.

“Ibu kenapa tidak mengenal Dita? Ada apa, paman?”tanya Dita.

“Ehm… Ibu sedang sakit, sayang… Dita istirahat saja ya… Biar paman yang merawat Ibu Dita.”jelasnya.

“Paman,,, tolong rawat Ibu…. Om Dokter, tolong sembuhkan Ibu, om…”pinta Dita pada Taufan dan dokter.

“Iya, Dita sayang. Om Dokter akan menyembuhkan Ibu Dita. Sekarang Dita istirahat ya..”ucap Dokter. Kemudian dokter tersebut menyuruh perawat untuk menidurkan Dita.

-to be continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar