Selasa, 18 Juni 2013

Diam Berbunga

Ketika aku menyusuri jalan menanjak dan terjal menuju puncak keindahan alam semesta. Dan kembali lagi ke bawah, dengan melalui tanjakan menurun yang sangat curam. Aku masih tetap saja mengingat dirinya tiap detik. Tuhan tahu apa yang sedang ku alami saat ini. Kerinduanku untuk dirinya semakin memuncak. Rasa dari Tuhan ini semakin subur dan berbunga.  

Aku Bersyukur telah memiliki hatinya. Dan sekarang, entah apa yang harus aku lakukan. Ingin memiliki utuh jiwa dan utuh raganya. Namun apa daya.

Ucap sayangnya telah tertuju pada yang lain. Bahkan aku tak sanggup untuk membacanya. Hati ini semakin tercabik-cabik. Perih...Namun.... Saat mataku tertuju pada wajah jantannya. Aku merasa damai. Dan yang aku rasakan saat ini adalah khawatir dengan keadaannya.

"Usah kau bertanya mengapa aku seperti ini. Karena kaulah alasan." kataku dalam diam di hadapannya.

Esoknya. Tatapan mataku telah terpancarkan bagaimana suasana hatiku saat ini. Aku, di depannya, terdiam mendengar pengakuan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Pengakuan bahwasanya dia pun menyayangiku. Dia mencintaiku. Dia tak ingin kehilanganku. Aku terdiam terpaku. Terpaku oleh rayuan ucap kasih darinya. Kata-kata yang sebelumnya telah ku persiapkan untuk menghadapi perasaanku ini, akhirnya semuanya hilang. Sirna sudah. Hanya karena ucapan yang dia lontarkan. Ucapan itu membuatku berbunga-bunga. Kata-kata yang telah kupersiapkan tak ada gunanya lagi. Karena dia telah mengatakan hal yang sama dengan yang akan aku katakan. 

Aku mencintainya. Aku menyayanginya. Aku tak ingin kehilangannya.
Tuhan.... Thanks for all... You give us the best. Dia untukku dan aku untuknya. aaminn...

-end-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar