Selasa, 04 Juni 2013

Antara Janji dan Pacar

Pagi ini aku begitu semangat untuk membuka mata. Entah apa yang menjadi alasannya. Satu hal yang membuatku gembira adalah dia. Laki-laki yang selama ini aku sayang dengan rela menawarkan diri untuk mengantarku pergi ke sebuah acara di kampus. Aku sangat senang menyambut tawaran itu. Tawaran langkah yang berasal dari bibirnya. Meskipun dengan menggunakan motor rental, namun dia rela untuk mengantarku. 

Sampailah kami di kampus tempat kegiatanku berlangsung. "Terima kasih, mas. Nanti Naya pulang jam 3 sore. mas yang njemput?" tanyaku.

"Iya, Nay. Nanti sms mas aja ya. Nanti temani mas untuk berobat di tempat yang kemarin." jawabnya.

"Nggeh, mas... hati-hati di jalan. Selamat belajar, mas. Assalamu'alaikum." ucapku sebelum masuk ke gedung acara waktu itu.

"Wa'alaikumsalam. Mas pulang dulu ya." ujarnya lalu pergi ke kampusnya untuk kuliah.

"Iya, Hati-hati, mas..." aku memandangi kepergiannya hingga tak terlihat oleh pandangan mataku. Lalu aku masuk.

Aku mengikuti kegiatan pelatihan menulis yang dilaksanakan oleh fakultasku. Aku mengikutinya sembari meliput berita kegiatan pelatihan tersebut. di kegiatan tersebut aku bertemu dengan teman-teman lamaku ketika Ospek dua tahun yang lalu. Kami akhirnya bersendau gurau ketika materi berlangsung. Sungguh tidak konsentrasi sekali. Namun secara keseluruhan aku sangat menikmati sendau gurau kami. Ada teman yang sedang membahas sindrom pangeran di sebuah kelas di program studiku, ada yang sedang curhat tentang mantannya, curhat tentang selingkuhan, dan masih banyak lagi. Aku yang kala itu sedang setengah-setengah fokus pada sendau gurau dan materi, hanya tertawa dan mengikuti alur saja. Namun terkadang aku juga menanggapi beberapa kalimat dari yang dilontarkan oleh mereka.

Acara berlangsung hingga waktu Ashar menjelang. Sebenarnya aku sudah tak betah duduk dan menerima materi seperti kuliah biasa. Namun aku kuat-kuatkan untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat tentunya. Lalu tibalah aku untuk rencana izin pulang terlebih dahulu. Aku sms Mas Rado untuk bersiap-siap menjemputku. Setelah aku mengirim sms ke dia, apa balasannya...

Njemput ke mana, Nay? Mas mau berobat.

Aku kaget tentunya. Apa dia sengaja lupa atau memang benar-benar lupa? entahlah. lalu aku membalas smsnya.

Lhoh? mau berobat dengan siapa mas? bukankah kemarin dan tadi mas meminta Naya untuk menemani mas berobat? balasku.

Astaga... aduh... gimana ni, Nay... Sasa ingin ikut mas berobat. Aduh... mas merasa bersalah sekali ke Naya. Mas minta maaf. jawabnya via sms.

Ya.. Sasa adalah kekasihnya. Mereka berpacaran sudah sekitar 4 bulan lebih. Namun ada sesuatu hal yang membuat Mas Rado kurang sreg dengan Sasa. Sifat manja dan keras kepalanya lah yang membuat Mas Rado harus benar-benar bersabar.

oh..yadah, Naya naik bis aja. ati-ati pergi berobatnya. balasku dengan kejengkelan yang super duper besar. Dalam hatiku berkata, kenapa dia harus lupa dengan janji yang pernah dia ucapkan untuk memintaku menemaninya berobat. Apa sebenarnya alasan dia hingga lupa dengan janji itu. Memang sih, dalam hal ini statusku tidak jelas. Antara teman dan pacar. Menggantung. Namun yang aku jengkelkan adalah, mengapa dia harus lupa?? Ah.. Tuhan...

Tiba-tiba dia membalas smsku, Naya sekarang di mana? Sekarang mas njemput Naya. jangan ke mana-mana.

Gak usah dijemput, mas. Naik bis aja. Mas Rado berobat saja ma Sasa. hati-hati. balasku dengan sejuta kecemburuan dan kekecewaan. Kala itu aku hampir menangis. Memang sebenarnya ingin sekali menangis, namun tidak etislah kalau menangis di tengah-tengah kerumunan peserta kegiatan pelatihan ini.

Ndak, Mas mau njemput Naya sekarang. Tunggu mas ya... balasnya via sms kembali.

Ohh.. 

Dalam hati aku bertanya, mengapa Mas Rado yang awalnya rencana akan berobat dengan Sasa, pacarnya dan melupakan janjinya, kemudian sekarang ngotot untuk menjemputku di kampus. Sungguh tanda tanya besar.

Aku menunggunya cukup lama. Kala itu sebagian peserta sudah pulang. Teman-temanku juga sudah akan pulang. Namun aku menahan tiga orang temanku untuk menemaniku menunggu kedatangan Mas Rado. Lama kami menunggu. Aku ingin menangis kembali. Satu tetesan air mata telah jatuh. Dan aku masih setia menunggunya. Akhirnya dia datang, dengan wajah penuh masalah. Termasuk salah satu masalahnya adalah antara janji dan pacarnya.

Lalu kami pulang. Di perjalanan, Mas Rado berkata, "Kita berobat, ya,". Sontak aku kaget.

"Lhoh, Katanya berobat sama Sasa, kok sekarang ngajak Naya lagi, mas? Naya tidak apa-apa kok." tanyaku penasaran.

"Ndak... kita berobat sekarang. Kasih tahu jalannya, ya."jawabnya masih dengan wajah penuh masalah.

"ohh... yasudah. Naya temani."

Aku sangat senang sekali dia datang menjemputku untuk menepati janjinya kepadaku. Dan dengan hal ini aku berfikir. Ternyata janji mampu mengalahkan pacar. Aku bersyukur bisa mengenal dan dekat dengan Mas Rado. Meskipun dia memiliki kekasih, namun dia mampu untuk selalu menepati janjinya, terutama janji terhadapku. Janji yang pertama lebih baik ditepati terlebih dahulu. Karena aku tahu bahwa janji kami telah terikrarkan kemarin. Aku berharap Mas Rado kedepannya bisa lebih bijaksana dan bertanggung jawab dalam setiap tindakan dan ucapannya.

Namun sebenarnya aku berharap lebih dengan kedatangan Mas Rado rela menjemputku. Aku berharap Mas Rado lebih memilih aku dibandingkan dengan pacarnya. Jahat memang, namun apa sih yang dirasakan perempuan yang sedang jatuh cinta kepada kekasih orang, pasti seperti ini. Egois selalu lebih dikedepankan. Miris memang. Terima kasih mas Rado. Terima kasih atas janjinya yang sudah ditepati hingga membatalkan agenda keluar dengan pacarnya. Terima kasih telah memberikan kepercayaan kepada Naya untuk menemani Mas Rado dalam suka dan duka. Terima kasih. Naya sayang Mas Rado.. :*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar