Senin, 24 Juni 2013

Cahaya Terakhir (ep.1)

"Mirza..!" seorang laki-laki muda memanggil Mirza dari seberang jalan raya.

"Za..! Mirza...!"

"Eh...?" Mirza celingak celinguk mencari sumber suara itu.

"Mirza! Di sini...! seberang jalan." masih teriak memanggil Mirza.

Mirza menengok ke sebelah kanan dan mencari orang yang sedang memanggilnya di seberang jalan. Mirza melihatnya. Laki-laki jangkung berambut hitam dengan model ala artis korea Park Yoochun di drama film Rooftop Prince, memakai kemeja kotak-kotak ala Jokowi dengan stelan jeans ketat warna hitam. Laki-laki itu melambaikan tangan pada Mirza. Mirza tersenyum. Ia melambaikan tangan juga kepada laki-laki itu.

"Hey kamu, Fan..." teriak Mirza masih di seberang jalan. 

"Tunggu aku di sana yoo..! Sebentar saja, aku akan menyebrang. Tahan di situ." teriak Taufan. Ia lalu menyebrang jalan dan menghampiri Mirza yang kala itu sedang berdiri menunggu Taufan.

"hah... akhirnya ketemu kamu juga, Za. Kamu tu susah banget dicari sana sini. Aku tu udah ke kontrakan kamu, tapi kamu tidak ada. Ke kampus kamu, sama aja.. tidak ketemu ma batang hidung kamu yang pesek itu.. haha... kemana aja sih selama ini?"kata Taufan.

"Haha.. ya kamu saja, Fan yang tidak selektif buat nyari aku. Aku tuh tiap hari stay di kontrakan ya... Paling pas kamu nyari aku, akunya lagi beli makan. Kamu sih ndak sms aku dulu, kan bisa diatur kalau seperti itu. Jalan yuk..! Gak asyik kalau ngobrol di pinggir jalan raya yang ramai banget kayak gini. Banyak polusi pula...polusi suara, polusi udara, polusi lalu lintas.. eh.. ? hehhee.."ajak Mirza.

"ihh.. alesan aja kamu tuh, Za. Oke deh.. ayo.. kebetulan aku bawa mobilnya Mama. Tuh.. di seberang jalan. Mau ke mana kita?" tanya Taufan sembari mengajak Mirza untuk menyebrang jalan. Mereka menyebrang. Lalu berjalan menuju mobil xenia warna putih bersih yang terparkir di depan warung penyetan.

"Kamu habis beli makan, Fan?"tanya Mirza sambil menunggu Taufan membukakan pintu mobil untuknya.

"Iya.. tadi beli makan titipan Mama. Silahkan masuk, nona cantik!" jawab Taufan sembari mempersilahkan Mirza masuk ke dalam mobil. Taufan lalu menuju pintu seberang untuk masuk ke mobil juga. Ia menyalakan mobil. Dan tancap gas.

"Za... bagaimana kabar kamu sekarang? Masih sama Septian?" Taufan memulai pembicaraan di dalam mobil.

"eh? Septian? emmm... menurut kamu?"tanya balik Mirza

"Loh.. gue kan gak tau, Za... makanya gue tanya ke elo..."jawab Taufan

"Bulan depan kami tunangan, Fan."jelas Mirza

"Wah? Tunangan? selamat yaa.... Pasti kamu seneng banget ya.. udah ketemu ama jodohmu." Taufan kaget. Ada desiran dalam hatinya.

"Ah.. biasa aja, Fan. Tapi.. rasanya ada yang kurang. Aku belum siap untuk tunangan dengannya. Entahlah..." ucap Mirza sambil memandang bias lampu mobil di jalan malam itu.

"Kenapa begitu, Za? Harusnya kamu kan bersyukur.. Kamu mendapatkan Septian sang calon dokter spesialis. Pasti kamu akan makmur jika hidup dengannya." jelas Taufan.

"Aku menyukai orang lain, Fan. Hal itu yang membuatku ragu dengan Tian."kata Mirza.

"Hah? kok bisa? Kamu menyukai siapa, Za?" tanya Taufan sembari melihat ke arah Mirza.

"Aku menyukaimu, Fan."

"Apa?!" Taufan kaget dan masih melihat ke arah Mirza.

"AWAS FAN!! Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa......"jerit Mirza

-to be continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar